KPR.COM, Belitung Timur – Dalam rangkaian peringatan Hari Santri Nasional ke 6, FORUM SILATURRAHMI BELITUNG TIMUR (FORSILA BELTIM) menggelar Seminar Kebangsaan di Gedung Serbaguna Desa Kurnia Jaya Kecamatan Manggar Kabupaten Belitung Timur. Sabtu (23/10/2021).
Seminar Kebangsaan yang digelar oleh FORSILA BELTIM ini diisi oleh beberapa narasumber, diantaranya dari Ponpes Darul Ulum Karang Pandan Rejoso Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur KH Ishomuddin Ma’ashum M.Pd.I, Ketua PWNU Provinsi Bangka Belitung KH A.Ja’far Shidiq, Ketua FORSILA BELTIM Samsul Aripin Ph.D, Kapolres Beltim yang diwakili Kasat Binmas Polres Beltim Iptu Insanul Karim, Danramil Manggar Mayor Inf Djoko Lelono dengan tema ‘Nasionalisme Bagian Dari Iman Sebagai Pedoman Untuk Mengisi dan Mempertahankan NKRI’.
Dari beberapa narasumber, Tiga diantaranya dari Danramil Manggar, Kasat Binmas Polres Beltim dan Ketua FORSILA BELTIM memberikan materi secara tatap muka langsung, sementara KH A.Ja’far Shidiq memberikan materi melalui Video jarak jauh (Tele Video) sedangkan KH Ishomuddin Ma’ashum M.Pd.I melalui pemutaran video.
Danramil Manggar Mayor Inf Djoko Lelono dalam penyampaian materinya memaparkan, cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari dalam hati sanubari seorang Warga Negara untuk mengabdi , memelihara , membela, melindungi , tanah air dari segala ancaman dan Gangguan.
“Dalam Islam cinta tanah air juga merupakan kesadaran akan tanggung jawab pemenuhan kewajiban-kewajiban atas negara. Mencintai tanah air merupakan masalah fitrah, dan Islam adalah agama fitrah. Akan tetapi, mencintai tanah air memerlukan batasan, yaitu tidak boleh bertentangan dengan ibadah dan dakwah,”beber Mayor Djoko Lelono.
Sementara itu, Kasat Binmas Polres Beltim Iptu Insanul Karim mengatakan, bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa Kemerdekaan Bangsa Indonesia tidak lepas dari peran para Ulama dan Santri. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari perjuangan para Kiai dan Santri, setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, Inggris bergandengan dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ingin kembali menguasai Indonesia. Umat Islam tidak tinggal diam. Pendiri Nahdhatul Ulama Hadratus Syech KH. Hasyim As’ari bersama para kyai dan santri di seluruh Jawa dan Madura menyerukan jihad melawan penjajah. Deklarasi itu terjadi pada tanggal 22 Oktober 1945. Belakangan deklarasi itu populer dengan istilah Fatwa Resolusi Jihad.
“Maka tanggal 22 Oktober inilah dipilih sebagai HARI SANTRI NASIONAL (HSN) merujuk pada peristiwa bersejarah tanggal 22 Oktober 1945, saat Pahlawan Nasional KH Hasjim As’ari membacakan seruan kepada Umat Islam untuk berjuang (jihad) melawan tentara Sekutu yang ingin kembali menjajah Republik Indonesia,”paparnya.
Dikesempatan itu, Ketua FORSILA BELTIM Samsul Aripin Ph.D didampingi Ketua panitia HSN 2021 FORSILA BELTIM Supriadi seusai acara kepada awak media mengatakan, tujuan kegiatan ini ingin menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran dari spritualitas, intelegensi intuisi dan moril.
“Supaya orang itu, antara hati, akal dan perbuatan itu bisa seimbang, tapi ini semuanya pasti dipengaruhi oleh pengetahuan, pengetahuan itu bagaimana cara mengambilnya itu, dari siapa, oleh siapa, ini yang kami sebagai FORSILA, bagi kami dari pemahaman agama yang dijadikan justifikasi (alasan/pertimbangan) untuk kesehatan, untuk pendidikan, untuk tentang negara, kebangsaan, itu sudah final, yaitu NU, tidak ada yang lain, hanya kami ini bukan struktural NU tapi kita adalah dari kultural, warga NU, itu yang membedakan, jadi memang dipilah antara NU struktural dan NU kultural, makanya saya minta kepada ketua panitia Pak Supriadi gimana caranya kita membuat acara saat ini selama 2 hari,”ujar Samsul Aripin.
Sementara Ketua panitia HSN 2021 FORSILA BELTIM Supriadi menambahkan, kegiatan ini dilakukan untuk menanamkan kecintaan terhadap NKRI.
“Harapan dari seminar kita ini, kita mengundang guru-guru agama, supaya itu bisa disampaikan nantinya kepada anak muridnya murid-murid dari sekolah-sekolah dari masing-masing untuk menanamkan sedini mungkin rasa cinta terhadap NKRI,”kata Supriadi.
(Salis)
.