[responsivevoice_button voice= “Indonesian Male” buttontext= “Bacakan”]
Dansektor 21 Kolonel Inf Yusep Sudrajat mengajak para Awak Media untuk melaksanakan pemantauan kegiatan pengerukan sungai Cipamokolan, Rabu (5/8/2020).
Bersama beberapa Awak Media, Kolonel Yusep memantau progres pengerjaan pengerukan Sungai Cipamokolan yang sudah berlangsung sejak Jum’at lalu (24/7-2020). Kegiatan pengerukan sendiri merupakan upaya Satgas dalam membenahi Sungai Cipamokolan yang berlokasi di Kampung Ciputat Jembatan Baru, Desa Tegaluar Kecamatan Bojongsoang.
Dijelaskan oleh Kolonel Yusep bahwa di Sungai Cipamokolan ini telah terjadi pendangkalan dan penyempitan badan sungai atau sedimentasi yang sudah sangat tebal. “Sekarang kita meninjau di sungai Cipamokolan pelaksanaan pengangkatan sedimentasi. Di mana sungai Cipamokolan yang ditanggung jawabkan kepada Sektor 21 ini lebarnya 20 meter dan panjangnya 4 kilometer. Kenyataannya di lapangan lebarnya sudah tinggal 5 meter lagi dan sudah dangkal sekali, sehingga mulai dari dua minggu lalu kita datangkan alat berat ke sini,” tutur Kolonel Yusep.
Adapun alat berat di Sektor 21 ini diberikan tanggung jawab untuk menggunakan 1 unit Beko dan 3 unit Damtruck untuk melaksanakan pengerukan dan pengangkutan tanah.
Dijelaskan pula oleh Kolonel Yusep bahwa pengerukan di Cipamokolan ini merupakan kegiatan ketiga setelah Sungai Citepus dan Sungai Cidurian, “Untuk pengerukan di Sungai Cidurian sudah kita kerjakan dari 6 bulan lalu dan sudah selesai sepanjang 3 kilometer, lebar 10 meter dengan kedalaman 5 meter. Kondisi saat ini sudah tidak berdampak banjir lagi ke masyarakat, sekarang sungai Cipamokolan yang kita garap. Saya perkirakan 6 bulan ini belum tentu selesai karena memang panjangnya kurang lebih 4 kilometer dan sedimentasinya sudah sangat luar biasa,” jelasnya.
“Pengerjaan ini baru dua minggu sudah sekitar 800 sampai 1000 meter kubik (sedimentasi) sudah kita angkut dan sebagian lagi sudah kita tarik ke kiri-kanannya sungai. Kita bisa lihat bagaimana sedimentasi ini sudah ditanami oleh masyarakat dengan pohon-pohon, dan kita akan kembalikan sungai ini pada kelebaran 20 meter dengan kedalaman kurang lebih 3 sampai 4 meter. Kita perlu kerja keras dengan kondisi dan peralatan yang ada,” lanjutnya.
Sedangkankendala yang dihadapi menurut Dansektor 21 adalah di bantaran Sungai Cipamokolan ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat bata merah atau liyo, namun karena tanah ini merupakan milik Negara, maka dengan cara persuasif dan pendekatan yang baik Satgas sudah berhasil membongkar bangunan yang digunakan oleh masyarakat. “Karena memang ini tidak boleh digunakan oleh masyarakat baik untuk bisnis, untuk pribadi ataupun untuk rumah di bantaran Sungai, karena ini merupakan jalan inspeksi milik BBWS,” sambungnya.
Terakhir, Kolonel Yusep menambahkan bahwa di sungai Cipamokolan ini relatif tidak pernah terjadi banjir karena jarak rumah warga cukup jauh dari sungai, namun kegiatan untuk mengembalikan kondisi sungai sangat diperlukan guna mengantisipasi apabila terjadi pengembangan perumahan yang semakin dekat dengan badan sungai. (Ros)